Senin, 19 Agustus 2013

Operation Condor Heroes

Satu momen penting dalam hidup, aku jalani hari minggu kemarin. Pilihan sulit yang menjadi ikhtiar atau usaha seseorang untuk mendapatkan keinginannya. Walaupun Allah SWT. yang akan menentukannya, seperti pepatah mengatakan ‘manusia merencanakan, Tuhan menentukan’ … ini pepatah nggak sih?

Sudah lebih dari 5 tahun usia pernikahan, kami belum dikaruniai buah hati. Walaupun  seorang anak bukan tujuan utama pernikahan, namun kehadirannnya didamba oleh setiap pasangan suami istri. Begitu juga kami, kadang ada rasa iri dengan pasangan lain yang sudah punya momongan.

Konsultasi dan berobat ke beberapa dokter, mendatangi klinik alternatif, tempat pijat tradisional, minum jamu, ramuan cina, buah dari arab, bersedekah, titip doa di Mekkah, berdoa terus menerus adalah aktivitas kami di 5 tahun belakangan. Ada beberapa teman yang menawarkan pengobatan,  ada yang menyarankan musti ikhlas dan bersabar. Dan kami memang mencobanya.

Suatu hari atasan saya mengajak ngobrol di ruangannya, saat saya ada tugas di kantor pusat Jakarta. Dari obrolan itu jadinya mengarah ke anak, setelah tahu problem saya. Beliau menyarankan untuk operasi folikokel (moga benar ejaannya), teringat 3 tahun yang lalu saat konsultasi dengan salah satu dokter menyarankan hal yang sama. Atasan saya juga memberikan motivasi untuk saya meningkatkan semangat lagi untuk berikhtiar, dari situ semangat saya muncul.


Setelah mencari RS, konsultasi dengan dokter , cek laboratorium dan nabung. Setelah lebaran kami merencanakan untuk operasi, jadinya kami tidak mudik ke Surabaya – budget dialihkan. Minggu pagi tanggal 18/8 setelah sholat shubuh, kami berdua berangkat naik motor ke RS. Agak sedih juga mau operasi nggak ada yang nganterin, nasib hidup di perantauan.

Setelah menunggu 4 jam akhirnya jam 10 saya masuk ke ruang operasi, deg deg an sebenarnya. Tapi kami yakin hari ini akan lancar, istri saya pun senyum senyum aja sambil mengepalkan tangannya saat saya masuk ruang operasi. Sambil terlentang saya coba melihat kanan kiri, jarang jarang masuk ruang operasi – jangan dilewatkan he he.

Yang menarik adalah ruangan ini penuh dengan suara musik, para perawat bernyanyi sambil goyang2. Ramah menjadi hal yang sering di temui disini. Moment berikutnya yang tidak saya lupa adalah, saat bius menyerang. Setelah cairan infus di ganti dengan bius, rasanya seperti pegal pegal . Merambat dari ujung jari tangan kiri bergerak ke lengan, hingga penutup hidung terpasang – langsung saya nggak sadar.

Tiba tiba mata saya melek, buram dan masih buram. Pusing, punggung pegal dan perih di area operasi saya rasakan saat itu. Di depan saya ada perawat yang sedang menulis sesuatu dan menyapa saya. Setelah saya bisa diajak ngobrol, mereka langsung memindahkan saya di ruang inap. Bertemu lagi dengan istri dan tahu kalo saat itu pukul 12. Wah 2 jam saya nggak tersadar.


Setelah 30 jam di RS akhirnya kami pulang berdua, dengan motor menyisir Pekanbaru dengan perasaan lega, capek, perih dan harapan baru. Semoga dengan ikhtiar ini, Allah SWT. mengabulkan keinginan kami. aamiin.

4 komentar:

Barusan Pulang

Friendship