My Father Coming

Wuihhh seneng nya hatiku – tiada terperi,  setelah 5 tahun bekerja di Pekanbaru Riau. Minggu kemaren Bapakku dari Surabaya datang untuk pertama kalinya ke Bumi Lancang Kuning, Tanah Melayu, Kota Bertuah…. Hua ha ha banyak banget sebutannya ya. Aku sempet tanya ke adikku, emang ada apa Bapak ke Pekanbaru? ‘kasihan sama kamu, gak pernah di datengin’ ohhh… tak kira mau bagi warisan ,,,, ajaiiiyy.

Dari dulu pengen sebenarnya ngajak Orang Tua ke Pekanbaru, melihat kehidupan anaknya yang merantau. Tapi karena jarak dari Surabaya ke Pekanbaru dan biaya yang cukup tinggi. Niatan itu jadi tertunda, dan sempet menyesal karena Ibu meninggal tanpa pernah mengetahui kota tempat tinggal saya. 

Kedatangan Bapak tidak kusia siakan, 5 tahun berpisah hanya bertemu 3 kali. Jadi saya telah mempersiapkan rencana selama Bapak disini – seminggu men. Yang pertama pasti ruang istirahat, Orang tua kita harus diberi yang layak. Kamar kami (dan istri) direlakan untuk Bapak, kasur dirapiin, sprei baru di laundry, AC oke, dan ruangan disapu bersih. Ruang keluarga juga di rapikan, diberi alas yang bagus, barang barang berserakan di area belakang ku bersihkan. 

Jadwal makan malam harus di luar, karena kami berdua bekerja. Dan nggak bisa menemai sarapan dan makan siang. Saya sudah merencanakan cuti  dan pulang kerja selalu tepat waktu.

Saya ingin banget jadi anak yang berbakti, walaupun tidak bisa memuaskan dalam hal materi. Tapi aku tidak akan merepotkannya dan mencoba melayani. Aku dan istri berusaha bergantian mengajak ngobrol beliau, bercanda dan kadang menggodanya ha ha. 

Walaupun usianya sudah  senja (66 tahun), tapi beliau masih sangat sehat dan tidak kekanak kanakan. Masih berusaha menjaga diri, tidak ingin merepotkan dan malah membantu bersih-bersih rumah. 

Supaya gak bosan di rumah, Bapak selalu aku tawari untuk ikut aktivitasku di luar: nganterin laundry, beli makan, beli sesuatu, sholat di Masjid. Aktivitas yang disukai adalah nonton bola, dan aku berusaha menemani tiap sore. Karena dulu kita sering nonton bola berdua, bahkan saat aku masih SD-SMP, kami nonton pertandingan yang tengah malam. 

Saat beliau mau tidur (21.00) kami masih terjaga, beliau bangun pagi kami sudah beraktivitas. Kalau di Surabaya, beliau jarang ketemu adik adik (sibuk kerja). Saat tidur - adik adik belum datang, saat bangun dan berangkat kerja – adik adik belum bangun. Walaupun secara materi saya belum bisa memuaskannya tapi orang tua (seperti Bapak saya) lebih menginginkan keakraban dengan anaknya, menantunya serta cucunya.