Senin, 01 Juli 2013

Pasarku Hancur

Kaget pas pertama lihat banyak polisi dan satpol PP di sekitar pasar dekat rumah (<100m), tepatnya di Pasar LKMD desa Tanah Merah Kec. Siak Hulu Kab. Kampar Riau.  Ada eskavator pula, jalan ke pasar di tutup – wah ini mau ada penggusuran atau relokasi kayaknya. Sayang saya nggak mengabadikan moment keramaian ini, ide nulis di blog aja terbersit saat sholat.  Tahu kan siapa yang membisikkan ini? oke kalo dah tahu, bisikannya sih bagus tapi waktunya itulohhh.

Biasanya melihat proses relokasi pasar di TV dan kebanyakan pasti para pedagang nggak setuju dan berujung bentrok. Karena tempat itu mereka sudah nyaman, sudah bayar dan semua orang pada tahu. Sebearnya tempat relokasi pasar yang baru tidak jauh, hanya 50 meter….tapi menurut saya tidak bisa menampung jumlah pedagang yang ada.

Walaupun dikatakan bahwa pasar ini tidak mempunyai ijin, namun cara yang tidak persuasif ini selalu jadi pilihan penguasa dan aparatnya. Terlepas dari adanya kepentingan pribadi, ekonomi dan politik dari penguasa, hal ini memang kejam terasa…dzholim!!


Walaupun beberapa pedagang memang kadang membandel, namun ini adalah mata pencaharian mereka. Cara – cara yang lebih elegan dan peduli dengan rakyat, sebenarnya bisa dilakukan oleh penguasa. Lha wong di Indonesia ini semuanya harus bayar kok, tapi orang jualan dianggap seperti masyarakat kelas rendah.  Bisa diatur tanpa harus peduli dan berbelas kasihan.

Kecuali kalo penguasa sudah menjamin pendidikan, kesehatan, kebutuhan pokok dan transportasi. Baru masyarakat nih bisa mikir dan menerima peraturan Negara. Kalo jaminan itu nggak ada, trus cari uang dipersulit – gimana mau hidup???

 






 
Kesan yang muncul berikutnya adalah, inilah tantangan pedagang, pengusaha dan entrepreneurship. Udah settle jualan bertahun tahun, tempat jualan yang disewa ternyata bermasalah.  Pengusaha harus berpikir cepat, mau pindah kemana? mau ngapain? berjualan lagi ? atau jualan yang lain. Pengusaha haru memutuskan dengan tepat, karena ini adalah masa depan yang dia hadapi.

Seperti bola, semakin dijatuhkan dengan kuat – membalnya akan semakin tinggi. Pilihannya adalah menerima, bersabar dan beraksi kembali. Ngomong enak zal, iya sih – tapi Alhamdulillah kejadian ini menginspirasi saya untuk segera action dan action serta lebih berhati – hati saat memilih tempat berjualan.

6 komentar:

  1. iyah.... kasian pedagang kecil.. itu kan t4 mereka nyari nafkah.. ya ampun.. kasian banget

    BalasHapus
  2. haduh.. merinding ngeliatnya serem.. kejam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Negara dan pemerintah sekitar, musti mengatur dengan baik problem yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

      Hapus
  3. Kepikir ndak sih, mengambil keuntungan (berdagang) di atas hak orang lain (pemilik tanah) tanpa izin pemilik lahan, adalah perbuatan yang lebih zalim ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dzalim emang, tapi kalo pengatur nya diam aja jadi gimana.
      Pada dasarnya manusia bisa diatur, syaratnya yo musti segera di tegur dan di tindak jika ada melakukan kesalahan.

      Pemerintah yang dipilih rakyat, tujuannya adalah mengatur rakyat. bukan malah membiarkan trus menjerumuskan.

      Hapus

Barusan Pulang

Friendship