Senin, 29 Juli 2013

Layak dan Mendidik dimulai dari Ramadhan


Lagi lagi saya musti kerja keras saat menulis untuk blog, padahal (katanya) saya suka nulis. Tapi nulis blog terlambat terus, kadang harusnya release malah enggak....... apakah ini efek puasa? Cari cari pembenaran deh.  Tapi semangat itu agak muncul saat teman blogger kasih info tentang blog contest tentang Ramadhan di Teraspos, wah pas bener.  Fitrahnya manusia kadang butuh momentum untuk melakukan perubahan, momentum itu sekarang ada di depan mata..... 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ada 2 waktu saklar..... eh sakral di bulan Ramadhan ini, saat berbuka dan saat sahur. Ada persamaan dan perbedaan di 2 waktu itu. Persamaannya adalah waktu tersebut adalah saatnya makan besar, nasi  lauk pauk sayur mayur tersedia saat itu – belum lagi makanan kecil sebagai takjil. Nah kalo perbedaannya adalah kondisi kita saat melakukan prosesi itu, pas buka puasa – semangatnya minta ampun – malah udah bersiap 2 jam sebelumnya – makanan udah di depan mata.


Tapi kalo pas sahur, aduh malesnya minta ampun. Inget nggak waktu kita kecil, susah kali kalo makan sahur – kalah dengan ngantuknya. Tapi sekarang dengan berbagai tayangan TV, ngantuk saat sahur sedikit demi sedikit mulai hilang. Dari jam 02.00 stasiun TV sudah memulai program sahur mereka, mulai dari yang slow sampe yang ceria. Yang bermanfaat sampe yang hura hura, tujuannya memang menemani saat sahur kita. Ternyata berhasil, orang orang yang mengantuk saat menjalani sahur sekarang jadi lebih bersemangat.

Walaupun sebenarnya tanpa ada tayangan televisi pun mustinya kita tetap sahur, karena di dalam sahur itu ada keberkahan (HR. Bukhari dan Muslim). Jangan sampai meninggalkan sahur walaupun hanya meminum air satu gelas, kalahkan rasa kantuk karena malaikat bershalawat kepada yang sahur. Namun jangan juga berlebihan saat sahur, karena sahur bukan takut siangnnya bakal kelaparan – tapi untuk mendapat keberkahan. 

Nah kalau sudah pada tahu keutamaan sahur seperti itu, artinya saat sahur jangan di nodai dengan melihat/ menonton acara yang tidak bermanfaat. Seperti yang dikatakan Bekti Nugroho (Ketua KPI) di Teraspos “Media televisi harus mulai memprioritaskan tayangan-tayangan yang sehat mendidik, karena masyarakat butuh tayangan yang layak dan mendidik”. Di minggu kemaren KPI sudah memberikan penilaian kepada beberapa tayangan sahur di televisi. Dari yang di puji hingga yang diperingatkan karena hanya mementingkan komedi namun isinya nol.

Dari lingkungan terkecil yakni keluarga, bisa mulai memfilter atau mengarahkan anggota keluarga kita untuk memilih tontonan yang menghibur lagi bermanfaat. Kalau keluarga kami dari 5 tahun yang lalu menyukai senitron Para Pencari Tuhan di SCTV, bukannya promosi lho. Tapi memang sinetron ini layak dan mendidik, saat ini sudah memasuki tahun ke 7. 

Penikmatnya terhibur namun tetap mendapat ilmu yang bermanfaat, hingga loyal sampai saat ini. Walaupun ada acara acara baru yang menarik di TV lain, tetap kembali ke PPT.

Mudah mudahan masyarakat jadi lebih cerdas dengan tontonannya, dan keberkahan serta rahmat Alloh tercurah saat menjalankan sahur.

2 komentar:

  1. beberapa stasiun tivi itulah yang tidak cerdas to Mas? visinya nggak ada, selain keuntungan ekonomis saja. tapi mau gimana, saya setuju sama Njenengan, mendingan gawang kita saja yang dijaga.

    BalasHapus
  2. aku nggak punya tipi. sejak lahir nggak boleh nonton tipi.. jadi selamat dari gangguan kotak ajaib itu. kalo sahur kami ngobrol2 sekeluarga sampai azan.. udah gitu doang

    BalasHapus

Barusan Pulang

Friendship