Temanku dan Orang Buta

Suatu hari teman saya datang ke rumah – sebut saja ‘Pama’, kita memang janjian ba’da maghrib ngobrol di rumah saya. Ternyata Pama sholat di Masjid yang gak jauh dari rumah saya, sekitar 500m…. nah itu juga jauh mah. Dia cerita tadi pas selesai sholat, mau ke WC, trus liat ada orang yg lagi cuci tangan dan mau masuk WC. Setelah diperhatikan orang itu buta, aku pastiin ke Pama “buta beneran atau bisa lihat dikit2?”, “buta beneran” jawabnya.

Si Pama melanjutkan cerita, saya tunggu orang buta itu siapa tahu masih butuh bantuan saya. Ternyata memang benar, dia agak kesulitan berjalan keluar. Kemudian saya bantu orang itu sampe di halaman masjid, ambil sandal dan mengantar dia di pinggir jalan. Orang buta itu mau naik ojek, lha …. “niat banget” kata Pama dan gak terasa menetes air matanya. “Ha ha cowok nangis” candaku, dia jawab “nikmat apalagi yang gak harus kita syukuri zal”.

Sepulang si Pama, saya merenung sambil mikir tentang cerita tadi. Langsung kepikiran Surat Ar Rahman… “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? . Jadi merinding, orang buta tapi tetap berusaha sholat berjamaah di masjid. Ada 2 pelajaran penting yang Pama dan Aku dapatkan, pertama tidak mengalah dengan keadaan -  kedua menjaga keutamaan sholat berjamaah.

Ada memang takdir Alloh Swt yang tidak bisa kita tentukan, lahir dimana, orang tua siapa, jenis kelamin, kondisi kelahiran dll. Hal tersebut harusnya bukan menjadi penghalang seseorang untuk melakukan perintah dan menjauhi larangan Alloh.  Saya nggak pernah ngerasain jadi orang cacat (Naudzubillah), jadi ini hanya nasihat umum aja. Karena Alloh berfirman dalam QS. Ar Ra’du: 11 yang artinya “Sesungguhnya Alloh tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Kedua mengenai keutamaan sholat berjamaah, kalo sholatnya ya jelas udah wajib – kalo berjamaah lebih utama 27 derajat. Sholat adalah tiang agama, jika banyak yang gak sholat, sudah bisa dipastikan Islam akan runtuh. Dan itu sudah terjadi saat sistem pemerintahan Islam – Khilafah – runtuh di tahun 1940 an. Tidak ada lagi pemimpin umat Islam di muka bumi, penjaga hukum Al Quran dan As Sunah.

Sekarang umat Islam terpecah-pecah, dipisahkan Negara, Bangsa, Nasionalisme dan kepentingan duniawi. Yuk monggo saya mengingatkan diri sendiri dan mengajak pengunjung Blog Sing Biasane, untuk mensyukuri nikmat dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Alloh, mensegerakan sholat dan berjamaah, serta berdoa agar Alloh dapat menyatukan kembali umat Islam dalam satu kepemimpinan. Aamiin.