Minggu, 05 September 2010

Syawal Syahdu Sedingin Bayu

Ada beberapa pilihan bagi umat muslim setelah Ramadhan berakhir, salah duanya yang biasa terjadi yaitu : Euforia Syawal yang merupakan hari besar umat Islam atau terhentinya sukacita Ramadhan. Hal yang sudah menjadi lumrah di abad 21 adalah euforia menuju bulan Syawal, kegembiraan yang amat sangat karena suatu kemenangan atau keberhasilan.

Padahal kemenangan juga belum tentu tapi sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk merayakannya .....why?? karena hal ini sudah menjadi kultur, timbul dari keyakinan yang cukup tinggi setelah melaksanakan puasa: tidak makan tidak minum selama sebulan penuh.

Pilihan kedua - merasakan kesedihan karena rahmat Ramadhan akan segera berakhir. Sulit untuk bisa mengumpulkan rasa ini kalau tidak karena menginginkan beriman pada Allah Swt., karena ibadah puasa ini hanya Allah Swt. yang mengetahuinya dan yang akan membalasnya; "Dan puasa kamu itu lebih baik untuk kamu jika kamu mengetahui".

Diprioritaskannya ibadah puasa karena itu lebih baik bagi kita, dimana letak kelebihan-kelabihan itu?. Hanya Allah Swt. yang tahu, seperti Dia mengakhiri ayat tersebut dengan firmanNya: "Jika kamu mengetahuinya".

Jadi....apa yang anda pilih?, atau pilih  mudik saja seperti saya....Glodak!!. Lha ini mbuat pilihan kok nggak milih~piye tho. Maksudnya gini brur, saya sebenarnya sedih ditinggal Ramadhan - ini beneran loh. Apalagi saat malam terakhir nanti imam sholat tarawih/ malam (tahajud) diakhir sholatnya memanjatkan doa "Ya Allah apakah kami - Engkau beri kesempatan untuk bertemu Ramadhan tahun depan, ya Allah berikanlah kami kesempatan untuk bertemu Ramadhan tahun depan". Yakin deh bulu kuduk (atau yang nggak kuduk) merinding kalau ndengar doa ini, saat imam mengulang-ulang doa ini nggak sadar mata sudah berkaca-kaca dan akhirnya meleleh. Nggak lama kemudian tetangga sebelah udah sesenggukan, kanan dan kiri, depan juga, belakang...ternyata enggak???pas nengok belakang>> yah,,,udah pada pulang (30 Ramadhan 1428H, Masjid Al-Akbar Surabaya).

Kembali ke pilih memilih: saya juga merasakan euforia menyambut bulan Syawal, terbukti dengan rencana saya mudik ke kota kelahiran. Artinya saya akan merayakan 1 Syawal bersama orang tua dan saudara-saudara dengan perasaan gembira ria, banyak merencanakan sesuatu serta mengalirkan dana yang telah saya siapkan.

Sebenarnya kegiatan bertemu orang tua, saudara dan pulang ke rumah tidak harus dilakukan saat 1 Syawal. Namun iklim di NKRI membiasakan perayaan besar-besaran saat Ramadhan berakhir dan menyambut 1 Syawal, it doesn't matter. Rendah hati tetap menjadi pilihan dan merubah diri sendiri dengan sungguh-sungguh dan konsisten menjadi suatu keharusan.

Lha terus kamu jadi mudik zal? ya iyyalah sudah siap lahir bathin. Artinya kedua pilihan itu telah saya contreng semua, belajar merasakan kesedihan ditinggal Ramadhan. Dengan harapan Ramadhan tahun depan (InsyaAllah bertemu) saya berusaha untuk menyambutnya dan mengisinya dengan amalan-amalan yang tiada hentinya - agar mendapat predikat 'terbebas dari api neraka'.

Euforia 1 Syawal juga sedikit demi sedikit dikikis, agar konsemtrasi beribadah di bulan Ramadhan tidak terganggu dan berharap Ramadhan bisa menjadi lompatan tingkatan keimanan kita dihadapan Allah Swt. serta setelah Ramadhan kebiasaan-kebiasaan baik yang kita lakukan bisa menjadi pembelajaran/ pendidikan untuk mengarungi bulan-bulan berikutnya.

0 comments:

Posting Komentar

Barusan Pulang

Friendship