Minggu, 19 September 2010

Don't Jump to Conclusion

Apaan tuh!!! Sambil nutup satu mata. Kayak gaya Bang Jaja Miharja .....dalam acara kuis Dangdut di TPI dahulu kala. Masih ingat nggak? aku aja<><><>agak lupa lupa ingat juga sih.

 Coba baca dulu percakapan dibawah:

Pembantu  : "nyonya, saya mau minta naik gaji.."
Nyonya     : "knp saya hrs naikkan gaji kamu?"
Pembantu  : "α∂α 3 alasan nyonya.. Pertama sy membersihkan rmh lbh bersih drpd nyonya."
Nyonya     : siapa yg blg?
Pembantu  : Tuan yg blg.
Nyonya     : oh?
Pembantu  : kedua, sy memasak lbh enak drpd nyonya.
Nyonya     : siapa yg blg?
Pembantu  : Tuan yg blg.
Nyonya     : oh?
Pembantu  : ketiga, sy di ranjang lbh hebat drpd nyonya.
Nyonya     : oh?! Apa tuan jg yg blg?
Pembantu  : bkn nyonya.. Tuan sebelah rmh yg blg, nyonya kurang hebat d ranjang,
Nyonya     : ssssstt!!! Kamu minta naik brp?
Xi​​¡¡¡¡¡¡:D:D:D.
,,,

He he lumayan kan ceritanya, ….lah kok masih ketawa – udah deh saya mo ngomong nih. Coba dicermati lagi saat si pembantu akan memberitahukan kelebihan ketiganya** otak kita pasti berpikir "pasti si pembantu ada main dengan tuannya" bener gak? Ketahuan yaaa.
Itulah yang dinamakan jump to conclusion, atau cepat mengambil keputusan ><><walaupun untuk kejadian yang lebih nyata kita dianggap negatif thingking/ buruk sangka.

Namun itulah manusia yang cepat membuat kesimpulan, hanya sebagian kecil dari kita yang memastikan semua informasi didapat sebelum memutuskan sesuatu atau menginformasikan ke orang lain. Mengumpulkan informasi dahulu atau integral dalam bahasa matematikanya biasa dilakukan oleh para jurnalis, wartawan atau reporter karena keakuratan data merupakan faktor utama dari bidang pekerjaan ini disamping kecepetan penyampaian.

Hal ini bisa diikuti oleh kita yang mungkin bukan berasal dari bidang pekerjaan jurnalis karena data yang akurat bisa membantu setiap penyelesaian masalah, bagaimana caranya agar kita mempunyai data yang bagus?. Metodenya hampir sama dengan yang dilakukan oleh jurnalis yakni dengan bertanya dan bertanya, sehingga dengan banyak dan lengkapnya data kita bisa mengelolanya atau menyimpulkannya dengan bagus pula.

Pepatah Cina kuno berkata, "Ia yang Bertanya - kelihatan bodoh 5 menit, tapi ia yang tidak Bertanya menjadi bodoh seumur hidup". Jangan dilupakan teknik bertanya yang cukup efektif selama ini digunakan oleh kebanyakan orang yaitu dengan 5W+1H, jadi setiap kejadian atau aktivitas pasti punya unsur What, Why, Who, When, Where, and How. Tinggal kita sendiri yang harus mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendetail yang salah satu caranya bertanya hingga ke akar permasalahan – biasanya dengan 5 pertanyaan berlanjut atau beruntun.

Anthony Robbins berkata dalam bukunya,"Kualitas Pertanyaan menciptakan kualitas kehidupan. Orang sukses mengajukan Pertanyaan lebih baik, oleh sebab itu mereka hidup lebih baik!" Mari terus belajar dengan Bertanya, bukan berasumsi. Sayang tidak sedikit orang yang terlalu gengsi untuk Bertanya, atau merasa tahu semuanya untuk merasa perlu Bertanya. Mari budayakan diri untuk mau Bertanya dan Belajar terus.

0 comments:

Posting Komentar

Barusan Pulang

Friendship