Minggu, 19 Agustus 2018

Ini kerja Karyawan, Wiraswasta atau Militer?


Entrepreneur tuh nggak bisa kerja 8 jam sehari, 40 jam seminggu. Kalau perlu 12 jam per hari, 100 jam per minggu. Karena merintis butuh banyak waktu, tenaga, pikiran, dan itu semua dilakukan sendiri, maksimal berdua, itupun kadang dengan pasangan. Selama hidupnya entrepreneur mungkin akan selalu merintis, karena ide-ide di kepalanya selalu ingin di jalankan di realisasikan.

Hal ini yang saya tidak ketahui saat 8 bulan ngenterpreneur, merintis tapi sering dirumah, banyak istirahat, mikirnya kurang kuat, usaha kurang banyak. Jadinya ya penghasilan dan kesempatan tidak semakin membesar. Ilmu hanya dapat dari komputer, internet, buku, padahal pengalaman banyak tersedia diluar sana.

Baru kesadar saat kerja di WJ Group ini, Pak Stv as Direktur is anak dari pemilik/ pendiri. Semangatnya masih mengikuti Ayahnya, kerja kerja kerja. Kordinasi dan komunikasi tidak mengenal hari dan jam, habis isya iya, subuh iya, minggu pun iya.  Ini nih entrepreneur, gak ada waktu untuk istirahat. Karyawan jadinya harus ngikutin.....


Meeting di hari libur sudah saya jalani dua kali, terbaru saat libur 17 Agustus….kwa kwa kwa. Saat orang lain sedang upacara, liburan, nyantai di rumah, kami meeting, ke Semarang pula, pagi benar berangkat dari Kudus. Karyawan gudang di sebagian besar depo masih pada masuk, karena harus unloading supaya truck bisa kembali ke Pabrik esok hari untuk loading produk lagi.

Uniknya Bapak-bapak peserta meeting ini pada pake seragam, hadeuhh iki kan libur pak, saya aja rencana mau pake kaos, untung aja gak jadi. Meeting kordinasi rutin nggak ada, jadinya memanfaatkan minggu atau tanggal merah, itupun sampe sore. Saya masih shock dan belum terbiasa dengan cara ini, macam kerja di militer aja.

Tapi itulah khas entrerpeneur, perusahaan sudah gede, omset sudah T, 30 cabang, 2ribuan karyawan, pemilik masih pake cara entrepreneur. Menurut saya hal ini kurang baik ....eerrr gak tahu juga sih, bisa jadi pembentukan sistem berjalan lambat, fokus pada hasil dan hasil. Gak mau rugi, rugi pun tapi musti seminimal mungkin. Prinsip ekonomi Barat dan Tiongkok nih.

Kalau kerja kayak gini, yang kasihan keluarga karyawan, kurang perhatian, hanya pekerjaan, berangkat pagi pulang petang, hari minggu hanya untuk istirahat (tiduran). Punya uang buat apa kalau tidak untuk menyenangkan keluarga, karena setiap hari ini pikiran untuk kantor, atasan, kerjaan, laporan. Saya bertahan, apakah kerjaan ini bisa jadi pijakan, pegangan, dan jalan menuju kebaikan. Jika iya kuteruskan, jika tidak kuhentikan.

0 comments:

Posting Komentar

Barusan Pulang

Friendship