Minggu, 25 Desember 2011

M.e.r.a.s.a.T.u.a

2 minggu yang lalu saya iseng-iseng ndengerin list rekaman/ recorder di hp, eh nemu 2 rekaman yang memang sengaja untuk menjadi bahan Blog Sing Biasane ini. Di awali dengan kata-kata ‘merasa tuahhhh’ yang serak dan menyerapkan…..eh menyeramkan – kemudian saya tumpahkan sumpah serapah serakah sejarah….., walah lebay wis. Oke oke (( gini ceritanya.

Di semester 1 tahun 2011, istri saya rutin memberikan pengajaran tambahan (les) untuk siswa SMP kelas 3. Mereka mulai tiap hari ba’da isya  hingga pukul 9 malam, di jam tersebut terpaksa TV gak boleh dinyalakan – ntar mereka gak konsen. Saya pun hanya di kamar untuk baca buku, maen game atau online. 


Suatu hari istri saya membacakan salah cerita lucu mengenai Gus Dur dari buku koleksi kami ‘Presiden Dur yang Gus itu’. Setelah satu cerita selesai, Kiki (anak les) tanya “Gus Dur tuh siapa Te (tante)?” *Saya:Diengg!  jungkir balik*

Ntar ntar saya ulangi lagi ya, mungkin salah baca….“Gus Dur tuh siapa Te?”,(eh sama ternyata, lanjut bang)  “Kok kamu nggak tahu”? tanya istri saya penuh selidik (kayak cerita detektif deh). Setelah merenung sejenak, wangsitpun mengatakan: Buku sejarah belum menuliskan Gus Dur di dalamnya, Kiki yang lahir tahun 1996 – masih berumur 3 tahun saat Gus Dur menjadi ketua NU dan Presiden Indonesia. Jelas dia gak paham…………

Dari situ saya langsung terhenyak dan berkata dalam hati “Aku sudah tua ya…”, terasa sekarang bagaimana perasaan orang tua yang saya liat, …emang apa perasaannya zal? pengen muda lagi he he.

Pindah tempat…***********************


Di bulan Juni 2011 saat saya harus pulang ke Jawa Timur- Untuk menjenguk Ibu yang sedang sakit keras, tepatnya di Malang. Beliau dirawat di rumah adiknya (atau tante saya), di rumah itu adalah tempat dimana saya tinggal saat kuliah dulu. Sudah hampir 7,5 tahun saya tidak mengunjungi perumahan ini, walaupun lebaran tahun 2010  sempet mampir tapi nggak berkeliling. Kali ini saya tinggal selama 3 hari 2 malam.


Yang saya ingat adalah saat kagum melihat masjidnya, sekarang sudah bagus, tertutup tembok semua, tempat wudhu juga sudah keramik dan banyak pula keran airnya. Nama Masjid di buat dari batu yang dipahat, halaman telah dipasang batako. 

Tiba saatnya sholat ashar, setelah saling menyapa dengan bapak-bapak jamaah yang dulu akrab. Tapi kok Cuma orang ini yang sholat, mungkin maghrib nanti pikirku.

Saat sholat maghrib pun tidak begitu banyak, 2 shaf saja yang hadir. Lha saat selesai sholat, ini kan orang-orang yang dulu. Dengan rambut yang mulai memutih, terlihat tua dan kurang bersemangat – waktu 7 tahun memang cukup lama. 


Yang saya sayangkan, kemana nih remaja, pemuda atau teman-teman saya dulu. Bangunan sudah direnovasi seperti ini tapi isinya jiwa-jiwa yang lama telah hadir saat saya kuliah 12 tahun yang lalu. Apakah kondisi lingkunganku nanti seperti ini saat tua, tidak ada dukungan pemuda, mereka sibuk dengan urusannya, hingga lupa meneruskan tradisi baik yang harus dijaganya.

Dengan banyaknya orang tua di suatu lingkungan, pemuda akan merasa menjadi tua…seperti yang saya rasakan. Namun dengan banyaknya pemuda di suatu lingkungan atau kelompok, akan merasa ‘muda’ lah kelompok tersebut. 


Ayo pemuda join atau seringlah berkunjung di lingkungan/ kelompok yang banyak orang tua, join di multi kelompok/ lingkungan itu lebih baik. Agar pemikiran-pemikiran muda dan baru mu bersatu dengan pengalaman dan kebijaksanaan mereka. lets Go!!!

Saatnya menyebar Ebook, pilih yang anda mau dan tulis alamat email anda di box komentar.

Sang Pemimpi
High Lord
Hamas





7 komentar:

Barusan Pulang

Friendship