Senin, 03 Agustus 2015

Ganti 1.000 orang = Indonesia baik?

Tulisan ini masih lanjutan dari post sebelumnya ‘Negara Salah Urus’, obrolan yang saya dapat saat bertemu keluarga di kampung halaman. Masih penasaran dan ingin memperjelas lagi karena memang tulisan di blog ini saya batasin – supaya gak capek yang baca.

Jangankan ganti 1.000 orang, ganti satu orang aja kalau nggak kita kenal – kredibilitas dan integritasnya – bakal nolak kok. Maunya tuh orang yang maju jadi pemimpin adalah orang yang dikenal, dari lingkungan kita, lebih lebih adalah keluarga kita.


Kenapa dari keluarga, karena kita mengenal mereka. Kita mendidik mereka, misal anak anak kita. Kita nggak yakin anak orang lain bakal sebagus anak kita, itu karena sistem pendidikan yang di berikan keluarga lain, gak yakin baik.

Ataupun kita lebih percaya Lurah kita jadi Camat daripada Lurah daerah lain, karena kita nggak percaya dan belum tahu Lurah sana lebih baik dari Lurah sini. Kita lebih percaya Walikota dipilih dari Partai Ini, karena kita nggak tahu sistem pengkaderan dan pedidikan dari Partai Itu, sehingga tidak percaya. 

Di daerah lain misal, kita akan mendukung Bupatinya dari Agama ini. Karena kita adalah penganut agama yang sama dan sangat yakin dengan Bupati yang beragama ini akan baik nantinya. Manusia selalu mempunyai kecenderungan seperti itu. Uniknya kadang kita lebih percaya pada kelompok kita walaupun orang lain agamanya sama.

Artinya apa, kita nggak punya sistem yang sama. Sistem Pendidikan, di sekolah, di rumah, di tempat kerja, di lingkungan masyarakat. Sistem tingkah laku, beretika, bermoral. Emang sekarang nggak ada? Ada nggak ya, mungkin kita bisa menyebut Pancasila. Namun pelaksanaan Pancasila masih jauh panggang dari api.

Selalu ada pembiaran bagi yang tidak melaksanakan butir-butirnya, tidak ada role model dalam melakukannya. UUD 1945 dan pasal –pasalnya pun seringkali tidak dilaksanakan, bahkan banyak penyelewengan. Heehh

3 komentar:


  1. - very nice site thanks for sharing

    BalasHapus
  2. Kalau sistem diatas itu agak nepotisme gitu ya. Kalau bisa semua yg jabat itu dari keluarga sendiri, satu kelompok

    BalasHapus

Barusan Pulang

Friendship