Senin, 12 Maret 2012

Pujian adalah Teror!!

Wash!! Byuh!..........gila gila lama banget gak nulis, posting dan update Blog Sing Biasane. Udah berapa juta pengunjung nih yang kecewa dengan saya….jangan lebay plis. Minta maaf sebelumnya kepada pengunjung setia Blog Sing Biasane karena tingkat kemalasan dan kesibukan saya yang cukup tinggi jadinya bulan Februari full gak ada postingan.

Kembali ke laptop! He he Tukulers banged. Sesuai dengan judul kali ini saya akan memuji sekaligus meneror HAH HAH HAH (tawa Raja :mode on).  Judul diatas adalah seberkas kata-kata yang saya dapat dari seorang teman kerja - saat itu kami sedang bermain futsal. 

Kita tahu bahwa futsal adalah olah raga yang banyak digemari oleh kaum pria dari semua usia….ntar ntar ini kok malah bahas futsal. ya lah ya lah..

Saat itu saya sedang bertugas menjadi kiper, dan teman saya – sebut saja Panji namanya. Selalu meneriakkan kata-kata hinaan kepada saya. Apalagi saat bola berhasil melewati sergapan, tangkapan dan hadangan saya dan masuk ke gawang……..goal!. 


Walaupun dia ngomongnya pake ketawa-ketawa tapi dongkol juga mendengar kata-kata dari Panji yang berbau offside ini, but I still calm cos I know he’s try to boil me – yang penting jangan rasis, diskriminatif, pesimis, politis dan komunis…….iki ngomong opo. GJ! Gak jelas.

Di akhir pertandingan sambil ketwa-ketawa dia ngomong  “Pujian adalah teror, Bro” , dan saya ‘still thinking’ with that word ……or quote ya?. Jadi kalo dia tadi memuji kepahlawanku menjaga gawang, artinya dia meneror saya – terpaksa Densus 88 akan datang kesini. So dia berusaha dengan berat hati untuk mengeluarkan kata-kata hinaan, umpatan dan makian, padahal sebenarnya dia ikut membangun fokus dan kesigapanku.

Dilain kesempatan atasan saya juga juga pernah memilih untuk mendengar berita buruk, karena jika diinformasikan berita buruk kita pasti akan waspada. Sebaliknya jika terlalu sering diperdengarkan berita baik ntar jadi terlena, lupa, melayang, dan hilang. Hilang kemana zal? hilang arah dan tujuan lah. 


Sesekali menerima pujian itu penting namun lebih penting sering menerima kritikan dan saran, agar level diri kita tidak stagnan namun lebih meningkat.
 
Apakah Anda bersedia dikritik? “Kenapa tidak?” Biasanya begitu kita menjawab pertanyaan seperti itu. Anehnya, kita tidak benar-benar nyaman ketika seseorang mengkritik kita. 

Ada saja perasaan kesal terhadap kritikan, atau orang yang melontarkan kritik itu. Hal itu menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar terbuka terhadap kritikan dari orang lain.

Jangankan dikritik, dikomentari dengan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan keinginan saja kita sudah sering kesal. Padahal kita sudah mendeklarasikan diri sebagai pribadi yang siap dikritik. 


Anda sadar bahwa kritikan sangat penting untuk mengoreksi hal-hal yang kurang tepat dalam diri Anda. Tetapi, apakah Anda benar-benar siap dikritik tanpa merasa panas di kuping atau kesal didalam hati ketika mendengarnya? (Dadang Kadarusman – Inspirasi Indonesia Mailist 23/12)

Pernah dengan istilah ‘comfort zone’? pastilah, nah disana banyak terdapat pujian, ketenangan dan keteraturan…enak kan. Dari mana kita mendapatkan kondisi comfort, yakni saat telah melewati ‘danger zone’..what’s that, disana terdapat banyak kerepotan, perubahan, pembelajaran, penyesuaian karena pelaksanaan hal-hal baru dan baik (bagus) yang kita/perusahaan jalankan.

Tujuannya apa, yang jelas kita menuju comfort zone dong. Biasanya banyak orang membahas dari comfort zone ke danger zone, disini situasi itu saya balik karena semua orang pasti menginginkan sesuatu yang baik yakni comfort zone, meskipun disarankan jangan berlama-lama disana.

2 komentar:

Barusan Pulang

Friendship