Pergaulan tetap bebas dari Koes Plus

Ternyata muda mudi dari tahun 70an sama saja sampai dengan tahun 2015an ini. Pergaulan remaja bebas nian, tiada lagi orang yang melarang – tapi awas jangan salah jalan. Dendang ini saya dengar saat makan tahu campur di pinggir jalanan ramau Surabaya, dalam rangka libur Muharram.

Koes menunjukkan keresahannya dalam lagu tersebut, pemuda pemudi yang mulai terjangkit pergaulan bebas. Ternyata sampai sekarang pun hal itu masih terjadi ya, malah parah mungkin. Dulu mungkin pergaulannya yang kelewatan, sekarang remaja sudah banyak yang hamil di luar nikah.

Dari mulai level mahasiswa, SMU dan sekarang ini anak SMP pun sudah lepas kendali dalam pergaulannya. Sedih memang mendengar banyak kabar pelecehan, pemerkosaan, kekerasan dan aborsi. 

Keluarga yang notabene jadi penjaga no 1 bagi anggotanya, seolah membiarkan dan yakin bahwa anak-anaknya tidak akan melakukan pergaulan yang merugikan. Dengan alasan telah memberikan pendidikan yang baik di keluarga, namun mereka ternyata banyak terkecoh – karena pergaulan diluar sana tidak dapat di duga.

Namun kalaupun sebuah keluarga telah memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, butuh keluarga yang lingkupnya besar lagi untuk menjaga muda mudi kita. Karena pergaulan bebas tidak terjadi di rumah, tapi di luar sana. Bisa jadi keluarga se RT, bisa keluarga se Desa, keluarga se Kecamatan, se Kabupaten hingga se Negara.

Nah yang menggerakkan keluarga-keluarga tadi pasti adalah pemimpin atau ketuanya. Pemimpin punya amanah besar untuk menjadikan masyarakat di lingkungannya terhindar dari hal-hal yang tidak baik dan merugikan. Pemimpin bertanggungjawab agar masyarakat di lingkungannya bisa takwa dan beriman.

Saat setiap ‘keluarga’ tersebut berusaha untuk menjaga dan setiap orang di dalamnya juga turut andil serta peduli dengan pengawasan remaja. Bukan tidak mungkin Allah Swt akan menurunkan keberkahannya, dan menjadikan masyarakat menjalani hidup sesuai syariat, beruntung di dunia dan di akhirat.