Anak mana yang lebih hebat?

Apa beda anak jaman sekarang dengan jaman dulu? Hayooo..... | sama ajalah | Salah ! | anak jaman dulu lugu –lugu | Salah! Hayo apa | Gak tahu | ya wes. Kalau anak jaman sekarang masih muda, kalau anak jaman dulu sekarang udah tua ha ha.

Yaps kita tinggalkan becandaan jayus tersebut di atas. Karena saat melihat salah satu stasiun TV, mengabarkan siswa SMU yang corat coret baju dan konvoi selepas melaksanakan UN. Karena saat ini UN bukan sebagai standar kelulusan, sehingga mungkin mereka meluapkan kegembiraannya karena tidak ada lagi proses belajar.

Walaupun sebenarnya nggak semua siswa SMU melakukan itu, saya yakin – karena dulu saya dan beberapa teman ddn’t do that. Menteri pendidikan Anies Baswedan menginginkan UN bukan sebagai hakim bagi lulus dan tidaknya siswa namun lebih mementingkan aspek kejujuran.

Nah yang unik ini, aspek kelulusan yang menentukan adalah sekolah dengan merujuk syarat regulasi POS UN. Sedangka nilai UN dijadikan pegangan siswa saat akan mendaftar ke universitas, jika dia ingin masuk ke universitas yang diidamkan – nilainya harus bagus juga. 

Walaupun sebenarnya yang diinginkan Kemendiknas adalah proses anak belajar itu bukan sekedar mengejar nilai tapi proses pembelajaran.

Badewei yang tetap harus diingat adalah pendidikan dari orang tua adalah madrasah pertama bagi anak. Orang tua yang pandai memaksimalkan waktu untuk anaknya, akan berbeda hasil dengan orang tua yang minimal bertemu anaknya. Karena anak nggak hanya butuh pendidikan formal, informal namun kasih sayang dan interaksi yang baik akan membentuk perilaku anak.