Minggu, 20 November 2011

Aku Mau Bisa!

Tapi bukannya nanti akan riya’? pertanyaan itu terucap oleh salah satu taklim’ers Piloc Iqro' di Sabtu siang. Salah satu pertanyaan standar tapi memang menggumpal di sebagian taklim’ers, dan memang hal itu terjadi. Ntar ntar…….. supaya gak bingung ini ngomongin apa, saya buka dulu ya: Ini hari rizalarable akan mengaji (mengkaji) mengenai keterpaksaan dan kebiasaan, yang dipersembahkan khusus untuk  taklim’ers di Blog Sing Biasane.


Tiap sabtu siang, ba’da dzuhur kami sengaja mengadakan acara yang di kenal dengan majlis taklim. Supaya agak tidak terlalu formil, maka acara tersebut kami namakan Piloc Iqro'. Nama ini diambil dari gabungan nama Dept. tempat kami bernaung dan tujuan kita. Susunan acara di buat sederhana, isinya juga dibuat ringan, suasana dibuat santai, pokoke gimana caranya taklimers supaya senang dan kontinyu mengikuti.

Salah satu agenda acaranya adalah menghitung ‘amalilah harian’, jadi setiap taklimers bersama-sama membuat target untuk melaksanakan amaliyah hariannya – semisal : tahajud 2 kali seminggu, sholat berjamaah dimasjid 20 kali seminggu, puasa sunnah, dll. Sebenarnya rencana ini bagus, namun karena tidak didukung oleh panitia yang semangat, checklist yang menarik serta rasa nervous yang tinggi bagi sebagian taklimers - cos, ini adalah hal baru. Maka Alhamdulillah rencana ini gagal saat pertemuan berikutnya, gak ada yang setor amalilah harian.

Salah seorang senior di Piloc Iqro' pun mengarapkan semua taklimers bisa melakukan target amaliyah hariannya dengan baik. Dan muncullah pertanyaan itu: “Tapi bukannya nanti akan riya’?”. …… Sebenarnya sih bisa aja- dengan menunjukkan amaliyahnya- seseorang menjadi sombong, congkak dan riya’. Senior itupun menjelaskan bahwa: “mau pilih mana kita hitung amalilah sekarang, atau nanti Allah akan menghitung saat penghisaban.” Dan gak ada yang menyangka lho kalo nanti bisa melakukan semua amalilah-amalilah tersebut dengan baik dan rutin dengan memulainya di hari ini”.


Beberapa taklimers mengangguk setuju dan saya berguman dalam hati “mending ngitung sekarang trus jadi tahu, dari pada tahu tahu eh …”. Lagian riya’ kan berdosa sedangkan melakukan amalilah adalah berpahala, ngapain digabungin? Pisahin dong.

Saya pernah ngobrol juga dengan taklimers bahwa seseorang sanggup mengatakan “Bisa” karena diawali dengan ‘dipaksa’ kok bisa? Semua orang pasti mengalami saat memulai, karena kalau tidak mulai ya nggak akan bisa ada semua ini.

Apa yang membuat seseorang memulai, karena adanya dorongan/paksaan baik dari dalam diri atau dari lingkungannya. Yah!...paksaan, sebuah paksaan akan membuat orang untuk memulai. Karena berulang ulang dilakukan dan konsisten maka akan menjadi terbiasa, kalau sudah terbiasa – tak pelak lagi kita semua bisa berucap “saya bisa!”.

Saat Trianingsih (atlet lari) ditantang medali emas Sea Games oleh Menpora, apa yang dia jawab? Pasti dia berucap “saya pasti bisa”. Hal karena Trianingsih sudah terbiasa dan pernah melakukannya, berulang-ulang bahkan. Sistem yang menyebabkan Trianingsih bisa seperti sekarang, disamping keinginannya yang kuat. Juga orang-orang dilingkungan dia yang membantu prestasinya menjulang seperti saat ini, tuntutan eksternal yang memaksa dirinya bisa menjadi lebih baik. Seperti sabda Nabi: "Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, Besok harus lebih baik dari hari ini"

So? Saat anda ditantang puasa Daud, apa yang akan anda katakan?  

 Nah ini yang ditunggu-tunggu, Blog Sing Biasane bagi-bagi ebook. Monggo dipilih dan tulis alamat email anda di box komentar....we will send to you.


Pintar Cewek

Yaljuj Majuj
Puasa

2 komentar:

Barusan Pulang

Friendship