Senin, 29 Desember 2014

Masjid gak Gaul


Karena Masjid di Pabrik kami belum bisa melaksanakan Sholat Jumat, jadinya tiap Jumat siang kita keluar pabrik untuk melaksanakannya. Ada yang masjid terdekat atau yang agak jauh, sesuai selera lah.

Nah saya kadang juga sholat di Masjid di dekat rumah, kadang ngajak teman ke yang jauh atau agak jauh. Jumat ini saya ngajak 3 orang tim saya untuk sholat di masjid yang cukup bagus dan unik walaupun ternyata agak sepi.

Selesai sholat, saat di pabrik salah satu orang yang saya ajak tadi nyeletuk. “ Masjidnya kok gitu ya pak, gak gaul, adzannya cuma sekali, trus habis sholat diam aja dan tempat khotibnya ketutup- jadi gak kelihatan he he”. 

Sebenarnya ini kesempatan saya untuk memberikan penjelasan, tapi kok takutnya dia gak siap dengan jawaban saya. Walaupun saya baru pertama kali jumatan di masjid itu, dan menurut saya prosesinya bener. Tapi kalau langsung di konfrontasi jadinya gak terima dia he he.


Adzan Jumat sekali itu memang sesuai masa Nabi, Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab dan juga adzan dua kali itu fungsi yang hanya memanggil jamaah yang di lakukan saat Khalifah Usman bin Affan. Kemudian posisi khotib yang tersembunyi dan hanya sebagian orang yang melihat, ini bukan masalah sih yang penting suaranya kedengar.

Selesai sholat imam tidak mempimpin dzikir, sholawat atau doa, ini juga sesuai tuntunan Nabi karena tidak pernah melakukan, namun Nabi pernah bersabda: Dari Habib bin Maslamah al-Fihri RA –beliau seorang yang dikabulkan do’anya-, berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak lah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdo’a, dan sebagian lainnya mengucapkan amin, kecuali Allah pasti mengabulkan do’a mereka.” (HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak).

Trus jamaahnya juga rapat, gak ada salaman setelah selesai sholat, i agree. Yang saya gak setuju adalah mengedarkan kotak infaq saat khotbah berlangsung, ini nggak boleh.

Sebagai umat yang selalu diminta Allah Swt., untuk berpikir. Manusia harus mencari ilmu, ilmu islam. Bagaimana menjalani hidup dan kehidupan sesuai syariat, beribadah dan beraman di dunia sesuai tuntunanNya. Jika tidak ada ilmu, maka seperti berjalan di kegelapan. 

Namun di atas semua perbedaan itu, umat Islam wajib menjaga etika perbedaan. Berbeda pendapat boleh, namun tetap saling menghargai, Dan ketahuilah, menumbuhkan rasa cinta satu sama lain jauh lebih baik ketimbang memancing emosi dan sentimen. 

3 komentar:

  1. Terimakasih Mas Rizal, jadi nambah ilmu lagi sayahnya.
    Memang kalo ada perbedaan ya mestinya ga usah langsung dikomplain gitu ya Mas. :)

    BalasHapus
  2. Maka di sinilah, Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk selalu belajar sampai ajal menjemput. Tidak taqlid buta kepada siapa pun. Kecuali hanya kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah.

    BalasHapus

Barusan Pulang

Friendship