Neolib Makin Subur

Sebelumnya saya memulai, anda pernah dengar, baca dan lihat berita berita atau spanduk yang menuliskan Neoliberalisme dan Neokapitalisme kan?. Paling rame adalah saat menjabatnya Pak SBY sebagai Presiden di periode ke dua. Nah ramenya karena beliau memilih wakil Presiden Pak Budiono, yang banyak orang membicarakan sebagai antek Neoliberalisme atau disingkat Neolib.

Baru baru ini juga, tepatnya tanggal 1 Agustus. Headline koran Suara Merdeka memberi judul Neolib Reborn. Hal ini terkait dengan reshuffle kedua kabinet Jokowi-JK. 

Nah Neolib iku opo sih..... saya juga pengen tahu sebenarnya. Mungkin hasil pencarian saya ini berguna bagi kamu yang lagi baca tulisan ini. Neolib berasal dari 2 kata yaitu ‘Neo’ dan Liberalisme’. Kalau Neo udah pada tahu lah, artinya ‘Baru’. Kalau Liberalisme, berasal dari kata Liberal + isme... malah panjang aja ya.

Jadi gini liberal adalah : Membebaskan perusahaan swasta dari campur tangan pemerintah seperti menghapus subsidi negara kepada rakyat, melakukan privatisasi semua perusahaan milik negara, menghapuskan ideologi kesejahteraan bersama dan pemilikan komunal.

Perdagangan bebas juga merupakan konsep dari sistem ekonomi liberalisme, penjualan produk antar negara tanpa hambatan, tanpa regulasi, tanpa biaya, tanpa kuota, tanpa peraturan administrasi, biarkan pasar yang memilih menentukan, produsen silahkan berperang...kalau kayak gini, negara kecil yang kalah, akan jadi pasar. Uangnya pergi semua ke luar negeri, trus yang tersisa apaan?

Supaya liberalisme bisa terus ada, maka dibutuhkan : perusahaan multinasional yang nilai assetnya lebih besar dari negara-negara kecil, munculnya organisasi internasional yang berfungsi sebagai pengawas untuk memastikan paham liberalisme berjalan di seluruh negara (IMF, World Bank), revolusi bidang teknologi komunikasi dan transportasi untuk mendukung percepatan pasar bebas di seluruh dunia, adanya keinginan negara-negara kuat untuk menguasai negara-negara lemah.

Dari penjelasan di atas, praktik neoliberalisme hanya menguntungkan segelintir para pemodal namun menyengsarakan banyak rakyat. Kita harus menentang liberalisme, kenapa : karena jelas-jelas menimbulkan bahaya (mudharat) bagi umat manusia, ketimpangan makin lebar antar negara kapitalis dan negara dunia ketiga, harga barang dan jasa naik tidak karuan karena dicabutknya subsidi.

Perlu kita bersama pertimbangkan lagi bagaimana mencampakkan liberalisme dan mengganti dengan sistem yang lebih baik. Semoga kita tidak lupa, bahwa Islam memiliki Quran dan Sunnah. Keduanya adalah panduan mengarungi hidup, Nabi Muhammad memimpin Negara dengan Quran. Khulafaur Rasyidin mempimpin Negara Khilafah berpedoman Quran dan Sunnah. Lanjut ke Khalifah/ pemimpin berikutnya, kesejahteraan terjadi, keamanan terjaga, keadilan tegak.

Allah SWT akan berkehendak tergantung ikhtiar manusia, apakah kita sekarang berikhtiar untuk menjalankan Quran dan Sunnah? Atau malah saat ini justru kita menjauhinya....Naudzubillah