Ngunut, diskusi lama yang hadir kembali

Saat saat menetap di Jakarta di awal 2014, intensitas Subuh berjamaah alhamdulillah juga meningkat. Di samping karena sendirian, juga keinginan untuk lebih baik sedang bertambah – sholat 5 waktu berjamaah di masjid pun coba ku rutinkan. Di dekat kost ada 2 masjid yang terjangkau untuk kudatangi, jaraknya pun cukup jauh – butuh sekitar 4 menit untuk menjangkaunya. 

Yang mau saya tulis disini mengenai Qunut, pernah dengar dan sekilas membaca bahwa Qunut tidak ada di jaman Nabi Muhammad Saw. Tapi kebanyakan masjid di Jawa melakukan Qunut saat sholat Subuh, sedangkan di Pekanbaru jarang banget saya mendapatinya. Ini mungkin pengaruh penyebaran Islam oleh Wali Songo, mungkin lho ya…. Sedangkan di Sumatera dari Pedagang Gujarat yang ilmunya menyebar dari Aceh turun ke bawah. 

Sekali lagi ini perkiraan saya…. Pengen banget cari informasi mengenai Qunut ini. Termasuk Sunnah, Makhruh, Mubah atau Haram sih, kalau Wajib enggak lah ya nekk. Ingin ingin ingin tok, tapi nggak action, walaupun ingin yang baik dan tulus tapi nggak action dapetnya yo luama. Eh kemaren baru dapat email dari milis dakwah di kantor mengenai Qunut, Alhamdulillah dapat ilmu…. Langsung saya share aja ya.

“………………….

 
Menurut pendapat yang lebih rajih bahwasanya qunut shubuh secara terus menerus tidaklah disunnahkan, karena landasan qunut shubuh bersumber dari hadits-hadits yang dhaif. Bahkan di sana terdapat hadits-hadits yang shahih menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tidak melakukan qunut Shubuh terus menerus.

Berkata al-Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi al-Makassari, Pengasuh Pondok Pesantren As Sunnah Makassar:

“Namun seluruh rawi yang meriwayatkan hadits-hadits tentang qunut shubuh teranggap lemah dan tidak bisa dikuatkan. Tidak disyariatkannya qunut shubuh merupakan pendapat Abu Hanifah, Sufyan Ats-Tsaury dan lain-lainnya dari ulama Kufah. Juga pendapat Imam Ahmad, Al-Laits bin Sa’d, Yahya bin Yahya Al-Laitsy dan ahli fiqh dari para ulama ahlul hadits.” (Risalah Takhrij Hadits Qunut Shubuh)

Dari Abi Malik al-Asyja’i, ia berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya engkau pernah shalat di belakang Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam, di belakang Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan di belakang ‘Ali di daerah Qufah sini kira-kira selama lima tahun, apakah qunut Shubuh terus-menerus?” Ia jawab: “Wahai anakku qunut Shubuh itu perkara yang diada-adakan!! [Hadits shahih riwayat at-Tirmidzi (no. 402), Ahmad (III/472, VI/394), Ibnu Majah (no. 1241), an-Nasa-i (II/204), ath-Thahawi (I/146), ath-Thayalisi (no. 1328) dan Baihaqi (II/213), dan ini adalah lafazh hadits Imam Ibnu Majah, dan Imam at-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shahih.”]

Hadits di atas juga terdapat dalam kitab Bulughul Maram no. 289, yang ditulis oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Atsqalani.

Berkata al-Imam Ibnul Mubarak:

“Tidak ada qunut di shalat Shubuh.”

Berkata al-Imam Abu Hanifah dalam kitab Subulus Salam: 

“Qunut Shubuh (terus-menerus itu) dilarang.” (Subulus Salam, I/378)

Abul Hasan al-Kurajiy asy-Syafi’i, beliau tidak mengerjakan qunut Shubuh. Dan ketika ditanya: “Mengapa demikian?” Beliau menjawab: “Tidak ada satu pun hadits yang shahih tentang masalah qunut Shubuh!!” (Silsilatul Ahaadits adh-Dha’iifah wal Maudhu’ah, II/388)

Berkata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Zaadul Ma’ad:

“Tidak ada sama sekali petunjuk dari Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam mengerjakan qunut Shubuh terus-menerus. Jumhur ulama berkata, ‘Tidaklah qunut Shubuh ini dikerjakan Nabi shallallahu‘alaihi wasallam, bahkan tidak ada satupun dalil yang sah yang menerangkan bahwa Nabi shallallahu‘alaihi wasallam mengerjakan demikian.” (Zaadul Ma’aad, I/271)

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqhus Sunnah:

“Qunut Shubuh tidak disyari’atkan kecuali bila ada nazilah (musibah) itu pun dilakukan di lima waktu shalat, dan bukan hanya di waktu shalat Shubuh. Imam Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal, Ibnul Mubarak, Sufyan ats-Tsauri dan Ishaq, mereka semua tidak melakukan qunut Shubuh.” (Fiqhus Sunnah, I/167-168)

Dengan demikian, qunut Shubuh tidaklah disyariatkan. Jika bermakmum dengan imam yang qunut maka diam saja tidak perlu mengangkat tangan. Demikianlah seyogyanya kita hanya berpegang dengan dalil-dalil yang shahih dan bisa menimbang dengan timbangan yang lebih mencocoki kebenaran.

Adapun qunut yang disyariatkan adalah qunut ketika shalat witir dan qunut nazilah.

Wallahu waliyyut taufiq

……………………….”

Nah lumayan bertambah kan imunya, moga deh. Salah satu teman saya pernah buat status di FB, intinya menghormati kebiasaan orang lain itu baik – dengan mengikutinya. Semisal ikutan Qunut saat Subuh, namun setelah dapat ilmu ini saya pun tetep keukeuh untuk tidak 'selalu' mengikuti Qunut di saat Imam melakukannya. 

Ntar malah saya di kira setuju dan melestarikan, mudah2an dengan tidak ikutnya saya ber Qunut membuat orang lain bertanya-tanya kenapa? Nah terus mereka mencari ilmunya …aamiin.