Senin, 14 Mei 2012

Pak Dadang Mensyukuri Pekerjaannya : Part 1


Udah pada kenal Pak Dadang?,he he karena banyaknya nama ’Dadang’ di Indonesia, khususnya Jawa Barat – jadi saya yakin anda mengenal orang yang bernama ’Dadang’. Kalau yang akan dibahas rizalarable di Blog Sing Biasane ini adalah Dadang Kadarusman –Trainer dan penulis buku tentang ’Natural Intelligence’ seperti janji saya di postingan Yoi, Memang Berat. Emang janji apa zal, nggak tahu tuh?. Mangkanya liat dong postingan 2 minggu yang lalu...monggo

Jadi pada saat itu, saya janji untuk belajar bersama untuk memahami arti dari mensyukuri pekerjaan. Kebetulan saya pernah membaca artikel dari Kang Dadang dari email Inspirasi Indonesia, yuk kita dengar penuturannya yang telah disarikan oleh rizalarable.

 Kita pasti pernah melihat atau mendengar banyak sekali orang yang mengeluhkan tentang pekerjaannya. Alasannya pun beragam macam. Ada yang soal gaji rendah. Teman yang tidak bersahabat. Atasan yang pilih kasih. Karir yang tidak naik-naik. Dan seribu satu alasan lainnya. 

Makanya, tidak heran jika setiap pagi rasanya berat sekali untuk berangkat ke kantor. Setelah tiba di kantor juga tidak bersungguh-sungguh mencurahkan seluruh kemampuan. Datang kesiangan, pulang kegesitan. Seakan-akan kita ini tidak membutuhkan pekerjaan itu. 

Sekarang, coba bayangkan; bagaimana seandainya besok pagi kita kehilangan pekerjaan itu? Apakah hidup Anda akan tetap baik-baik saja? Hmmmh, barangkali ini adalah saat yang tepat untuk kembali mensyukuri pekerjaan yang saat ini kita miliki. Sudahkah Anda mensyukuri pekerjaan pagi ini? Dalem banget deh pertanyaan ini.


Kehidupan kerja kita tidak selamanya menyenangkan. Kadang Anda dimarahi pelanggan. Kadang diomeli atasan. Kadang dijegal oleh teman. Dan masih banyak situasi sulit lainnya yang bisa menimbulkan kekecewaan. Kita sering keliru melampiaskan kekesalan dengan membenci pekerjaan. Padahal, semakin benci Anda pada pekerjaan, semakin memburuklah keadaannya. 

Semakin memburuk keadaannya, semakin jauhlah Anda dari rasa syukurnya. Semakin jauh dari rasa syukur? Semakin benci Anda pada pekerjaan. Dan terjebaklah Anda dalam kegelisahan tanpa ujung. Maka, tidak ada pilihan lain selain menysukuri pekerjaan yang kita miliki. 

Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memahami makna rasa syukur pada pekerjaan, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini: [ini bukan dari saya rizalarable lho, tapi rizalarable sarikan dari tulisan Pak Dadang Kadarusman]

1. Rasa syukur menentukan kebahagiaan. Rasa syukur kepada pekerjaan adalah obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan setiap kekecewaan. Makanya, banyak orang dengan kedudukan dan imbalan tinggi yang masih mengeluhkan pekerjaannya. Dan banyak orang yang pekerjaannya bejibun namun tetap gembira meski bayarannya ’tidak seberapa’. Keluhan bukanlah monopoli orang-orang berkedudukan rendah. Kegembiraan juga bukan monopoli mereka yang jabatannya tinggi. 

2. Rasa syukur memberi ketabahan. Mengapa banyak orang yang memegang tanggung jawab besar justru sering ingin berhenti, atau lari ke tempat lain hanya karena merasa beban yang harus kita pikul terasa sangat berat? Mengapa banyak pegawai/ karyawan biasa-biasa saja yang justru lebih kuat dan lebih tabah? Ternyata orang-orang biasa itu lebih banyak bersyukur daripada kita. Dengan rasa syukur itu mereka membangun kekuatannya. Karena rasa syukur memberi kita ketabahan. 

.....uhhhh  ngebut banget bacanya, supaya ntar gak capek bacanya - saya cut dulu ya. Minggu depan kita lanjutin lagi, ada 3 lagi alasan mengapa harus mensyukuri pekerjaan kita. Untuk pengunjung setia Blog Sing Biasane, silahkan pilih ebook dibawah dengan menuliskannya di box komentar dan disertai alamat email.

twitter @rizalarable
Cara Gila
Otak Tengah
Laskar Mawar




2 komentar:

Barusan Pulang

Friendship